Denpasar, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Dalam kegiatan Electoral Studies Program (ESP) yang dihadiri perwakilan dari 12 negara undangan, Ketua Bawaslu Abhan menjabarkan dua tantangan terbesar pemilu secara umum. Dia menjelaskan tantangan perlindungan hak azasi manusia (HAM) di era demokrasi dan pesatnya perkembangan teknologi.
Pertama, Abhan menyoroti soal demokrasi dan HAM yang sangat berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu. Menurutnya, kebebasan untuk memilih menjadi salah satu indeks demokrasi yang baik dalam sebuah negara.
Dia mencontohkan di beberapa negara, ketika kebebasan bersuara dibungkam menimbulkan gejolak pergerakan masyarakat yang menunjukkan menurunnya indeks demokrasi di sebuah negara.
"Berdasarkan catatan ADN (Asia Demokrasi Network) tahun 2019 ini saja, kurang lebih 800 'protester' (demonstran) tewas dan ribuan terluka dalam gelombang demonstrasi yang terjadi di berbagai belahan dunia," jelas Abhan di Bali, Rabu (11/12/2019).
Kedua, Abhan menyinggung soal perkembangan teknologi yang saat ini begitu cepat dan dapat memengaruhi tatanan sosial yang ada terutama soal kebijakan. Lebih lanjut, dia menilai, perkembangan teknologi dapat menjadi pisau bermata dua yang bisa bermanfaat, namun juga bisa berbahaya.
"Percepatan dan kemudahan informasi menyediakan peluang sekaligus tantangan. Media sangat memengaruhi sikap masyarakat dalam menggunakan informasi dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam politik dan pemilu," jelasnya.
Dua tantangan pemilu tersebut menurutnya telah berevolusi menjadi bertambah rumit dan menambah tantangan konvensional yang sebenarnya belum secara tuntas dapat atasi. Abhan menegaskan, penyelenggara pemilu harus menyadari dan segera menyesuaikan diri agar dapat mengimbangi percepatan yang ada.
"Untuk itulah forum ini ada. Dengan menyesuaikan mandat pencegahan, pengawasan, penegakan, dan penyelesaian sengketa pemilu, Bawaslu mencoba menyediakan ruang dialog untuk saling berbagi," pungkas dia.
Editor: Ranap THS
Fotografer: Nurisman
 |
 |
Webmail
