Jakarta, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Kematian petugas penyelenggara pemilu menyisakan sejumlah pertanyaan. Sebagai lembaga pengawas pelayanan publik, Ombudsman bakal melakukan evaluasi. Hal tersebut terlontar dalam forum 'Ngopi Bareng Ombudsman bertajuk: Penghormatan Bagi Pahlawan Pelayanan Publik dalam Pemilu 2019 di Jakarta, Selasa (30/4/2019).
Hingga hari ini tercatat 318 orang petugas Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS)meninggal dunia, dan 72 petugas pengawas pemilu yang turut gugur.
Ketua Ombudsman RI Amzulian Rifai mengapresiasi kerja keras para penyelenggara pemilu. Meski begitu, ia menekankan pentingnya evaluasi, mengingat banyaknya jumlah korban berguguran selama menjalankan tugas demokrasi.
"Yang perlu kita evaluasi, salah satunya bagaimana panitia penyelenggara pemilu tidak hanya jumlah yang besar tapi pekerjaannya sangat besar. Jangan jangan hanya Indonesia yang menjadi korban penyelenggara pemilu paling besar di dunia ini," paparnya.
Lebih jauh lagi, Ombudsman juga bakal melakukan evaluasi terhadap mekanisme sistem Pemilu serentak sehingga di masa depan insiden gugurnya pahlawan demokrasi tidak terulang lagi.
Sementara anggota Bawaslu RI Rahmat Bagja yang turut hadir menilai, salah satu faktor penyebab gugurnya para penyelenggara pemilu akibat banyak tekanan yang muncul. Menurutnya, banyak masalah yang luput dari persiapan para penyelenggara. Kemudian, faktor kelelahan akibat bekerja lebih dari 24 jam menjadi masalah utamanya.
Bagja menyebut, masih ada masalah keterlambatan logistik jelang pemungutan suara menjadi pemicu tekanan itu muncul. Setidaknya, Bawaslu mencatat sekitar 17 ribu TPS pada Selasa, 16 April pukul 21.00 WIB belum menerima logistik.
"Masalah logistik ini membuat teman-teman KPPS berada dalam tekanan. Mereka berpikir pukul 7 (hari Rabu) saat pelaksanaan sudah harus membuka TPS. Sedangkan surat suara belum datang," ungkapnya dalam
Selain itu, adanya desakan memilih dari para warga yang tidak punya hak pilih turut menambah tingkat stres para penyelenggara.
"Itu tambah tekanan lagi. Padahal harusnya (Pemilu) ini dinikmati. Ada hampir 50 persen KPPS awalnya menikmati, ketawa masih sempat, tapi ketika ada tekanan-tekanan itu menjadi tegang. Ini yang harus kita evaluasi bersama," papar Lelaki jebolan UI itu.
Editor: Ranap Tumpal HS