Dikirim oleh Bawaslu Kabupaten pada
Panwascam Tabalar Lilis Karlina (paling kiri berkacamata hitam) dan tim tengah bergegas pergi menyeberang dengan kapal dompleng ke kampung Tabalar Muara, Berau, Kalimantan Timur untuk melakukan pengawasan coklit Minggu, 2 Agustus 2020. (Foto : Humas Bawaslu Kabupaten Berau)
Matahari mulai menyingsing, menandakan panitia pengawas kecamatan (Panwascam) Tabalar harus memulai kembali aktivitasnya mengawasi tahapan pengawasan pencocokan dan penelitian (coklit) data pemilih Pemilihan  Bupati dan Wakil Bupati Berau Tahun 2020. Namun menariknya pada hari keduapuluh coklit, tim panwas Tabalar harus menghadapi hal yang cukup esktrim yang menantang nyawa yaitu melewati sungai yang penuh buaya.
 
Menjadi Panwascam di Tabalar memanglah tidak mudah terlebih melihat kondisi geografis yang cukup didominasi perairan sehingga rentan sulit untuk menjangkau dari satu kampung ke kampung lainnya. Kecamatan ini terdiri dari 6 kampung yaitu Harapan Maju, Semurut, Tubaan, Rabalar Ulu, Buyung-Buyung dan Tabalar Muara.
 
Salah satu Panwascam Tabalar Lilis Karlina bercerita di sela-sela perjalanan ke Tabalar Muara tentang sulitnya menjangkau kampung ini. Pasalnya harus ada transportasi berupa kapal untuk melewati laut yang dikenal masih rentan dengan buaya-buaya liar di pinggiran daratan sehingga perlu membawa pawang bersama mereka.
 
“Kami harus menggunakan Kapal Dompeng menuju kesana, melewati laut lepas dan masuk sungai yang penuh buaya. Belum lagi perjalanan darat untuk memasuki kampungnya,” ujar Lilis penuh semangat.
 
Lilis menyampaikan kampung Tabalar Muara ini dikenal produsen bandeng tanpa duri, sehingga daerahnya lekat dengan perairan. Sebagai gambaran Lilis menceritakan sebenarnya perjalanan telah dimulai hari Sabtu yang dilanjut kembali pada hari Minggu dengan waktu tempuh sekitar 8 jam dari Tabalar ke Tabalar Muara.
 
"Jadi memang Perahu dompeng ini satu-satunya alat transportasi kita harus lawan mbesarnya ombak dan mencekamnya sungai air tenang dengan jajaran buaya ditepi," tutur perempuan berumur 31 tahun tersebut.
 
Tidak hanya wilayah perairan yang menjadi kendala, Lilis dan tim mengaku kesulitan dengan jalan kecil yang masih tanah belum beraspal padahal ini jadi satu-satunya akses ke kampung Tabalar Muara. Tidak hanya itu seperti daerah yang sulit terjangkau lainnya, ada wilayah di Tabalar Muara yang masih belum teraliri listrik sehingga harus menggunakan mesin Dompeng untuk mendapatkan sedikit listrik.
 
“Jadi ada namanya Kampung Buyung-Buyung yang kami monitoring masih belum merata untuk listrik mesin dompengnya, jaringan pun kami tak ada disana. Ya padahal DP4 yang akan dilakukan coklit sebanyak 1.420 tapi tetap harus semangat ya,” kata Lilis dengan senyum.
 
Panwascam perempuan ini mengakui telah setia mengawasi demokrasi sejak 2015, walau rintangan dan hambatan di depan mata namun semangat terus berkobar dalam dirinya. Suami dan keluarga menjadi sumber energi baginya untuk tetap membela keadilan dan pemenuhan hak demokrasi masyarakat di kecamatan Tabalar, dia berharap panwas lain dapat terus berjuang hingga akhir Pilkada 2020.
 
"Kita jalan dari jam 9.00 hingga magrib sekarang, walau covid-19 tetap ada dan tidak tahu selesai kapan saya dan teman-teman Panwascam Tabalar harus tetap bekerja apapun situasi dan kondisinya. Semangat teman-teman," ungkapnya.
 
Penulis dan Fotografer : Hamzar (Humas Kabupaten Berau, Kalimantan Timur)
Editor : Reyn Gloria