Dikirim oleh Jaa Pradana pada
Anggota Bawaslu Lolly Suhenty Lolly dalam Bimtek Peningkatan Kapasitas Bawaslu Kabupaten dan Pengawas Distrik Se-Provinsi Papua Barat di Manokwari, Jumat (5/7/2024).

Manokwari, Badan Pengawas Pemilihan Umum- Anggota Bawaslu Lolly Suhenty menegaskan paradigma Bawaslu itu mencegah terjadinya pelanggaran sekuat-kuatnya, serta menindak pelanggaran tanpa keraguan. Untuk memperkuat paradigma cegah-tindak itu, maka pengawas pemilu harus senantiasa menjaga integritas, profesionalitas, dan soliditas.

"Kerja Bawaslu cegah-tindak harus menjadi terlihat, tidak cukup sekedar dilakukan. Bagusnya pencegahan, kuatnya penindakan hanya bisa dilakukan jika pengawas pemilu berpengetahuan, berpengalaman, dan punya keberanian. Pastikan semua jajaran mempunyai integritas," cetus Lolly dalam Bimtek Peningkatan Kapasitas Bawaslu Kabupaten dan Pengawas Distrik Se-Provinsi Papua Barat di Manokwari, Jumat (5/7/2024).

Dia menyatakan integritas bagi pengawas pemilu adalah suatu keharusan dan tidak bisa ditawar. Baginya, integritas adalah satu pikir, kata, dan perbuatan yang sama. "Integritas itu ibarat cahaya, akan menerangi jalan pengawasan untuk mencegah dan menindak, tanpa integritas kita seperti berjalan di kegelapan," papar Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat, dan Humas Bawaslu itu.

Selain itu, lanjut Lolly, pengawas pemilu harus membangun nilai profesionalitas. Dia memandang profesional tanpa integritas itu hilang. Pengawas pemilu yang sudah bekerja sangat baik, namun ketika tersandung masalah integritas, maka masyarakat tidak lagi melihat Bawaslu profesional dalam bekerja.

Dia juga meminta jajaran pengawas pemilu untuk senantiasa menjaga soliditas. "Solid-lah jangan memilih membuat sulit. Wajar tiap pimpinan berbeda, namun jangan pertajam titik bedanya, perkuat titik samanya," ujar alumnus Universitas Islam Negeri Bandung itu.

Lolly menambahkan pengawas pemilu akan semakin baik jika memiliki keteladanan. Bagi dia, tanpa keteladanan yang namanya integritas, profesionalitas, dan soliditas itu akan menjadi kekuatan diri sendiri saja.

Menurut dia, seorang pemimpin yang baik akan kesulitan menggerakkan orang lain, jika dia tidak menjadi sosok yang diteladani. "Keteladanan itu lahir karena kecintaan. Seorang yang mencintai pekerjaan, dia akan punya kekuatan untuk menjadi pemimpin. Setiap kita adalah pemimpin di komunitasnya," pungkas dia.

Editor: Reyn Gloria
Fotografer: Jaa Rizka Pradana