Jakarta, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Sebelum Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Melbourne, Australia membacakan perolehan suara, saksi partai politik dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menginterupsi KPU. Penyebabnya, ketiadaan salinan perolehan suara.
Anggota KPU Ilham lantas membandingkan salinan di tangannya dengan milik PPP. Ternyata, salinan perolehan suara sama. Hanya saja, kurang lembaran salinan untuk Melbourne.
Untuk itu, Anggota KPU Hasyim Asyari meminta semua saksi untuk melakukan cek salinan. "Kawan-kawan semua, coba lihat salinan masing-masing," pinta dosen Ilmu Hukum Universitas Dipenogoro di ruang sidang utama lantai dua kantor KPU, Jakarta, Sabtu (4/5/2019) malam.
Memang, akibat tidak fokus dan terlalu tegang bisa membuat proses rekapitulasi berjalan lamban. Apalagi, proses rekapitulasi perolehan suara luar negeri dimulai sejak pukul 08.00 WIB sampai larut malam. Akibat interupsi saksi PPP, ketegangan pun muncul.
"Ah sabotasi nih," teriak seorang di kerumunan barisan para saksi.
"Jangan begitulah," balas Hasyim dengan raut agak kesal.
Sontak suasana tampak tegang. Namun, seketika anggota Bawaslu Mochammad Afifuddin berkelakar. "Enggak apa-apa salinan kurang, asal jangan suara aja yang kurang," canda Afif yang diikuti tawa hadirin yang menghadiri rapat pleno rekapitulasi nasional untuk perolehan suara luar negeri tersebut.
Belum cukup. Koordinator Pengawasan dan Sosialisasi Bawaslu menambah upaya menyejukkan suasana. "Coba tanya dulu, Sipol itu wajib atau sunnah," gurau Afif.
Peserta rekapitulasi di ruangan yang semakin berkurang pada Sabtu malam, sekitar pukul 20.30 WIB pun ikut tertawa. Ketegangan pun sirna. Proses penghitungan pun berlanjut.
Editor: Ranap Timpal HS
 |
 |
Webmail
