Jakarta, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Cedera patah kaki kiri yang dialami Hilman Hardian (41), Panitia Pengawas Kelurahan Ancol, Jakarta Utara tidak membuatnya trauma, jika diminta kembali menjadi pengawas pemilu. Padahal energi dan waktu laki-laki ini sangat tersita saat menjalankan tugasnya.
"Kapok, pasti ada. Pemilu kali ini capeknya, pikirannya, begadang berhari-hari, kadang. Setelah selesai pemungutan (suara) masih ada rekapitulasi, begadang lagi. Tapi saya masih mau jadi panwas (panitia pengawas)," katanya usai menerima santunan di Gedung Bawaslu, Jakarta, Kamis (2/5/2019).
Dalam acara bertajuk Doa Bersama untukmu Pahlawan Demokrasi, Hilman mendapat santunan Rp 16 juta dan piagam penghargaan. Awalnya dia sempat pesimistis akan mendapat perhatian dari negara, dan khususnya Bawaslu.
Sebelum menerima santunan, Hilman hanya mengandalkan bantuan dari orang-orang terdekatnya. Hasilnya ia gunakan untuk pengobatan kakinya. "Alhamdulilah, ternyata ada apresiasi dari Bawaslu sampai ke tingkat pengawas kelurahan. Terima kasih," ucapnya.
Hilman menceritakan, musibah yang menimpanya bermula saat ia ditugaskan oleh salah seorang anggota Panitia Pengawas Kecamatan Pademangan untuk mengawasi seorang calon anggota legislatif yang datang ke wilayah pengawasannya, pasca pemungutan suara. Namun, dalam perjalanan menuju tempat kegiatan, dia mengalami kecelakaan. Penyebabnya, jalan yang dia lalui berkerikil yang membuat Hilman tidak mampu mengendalikan laju motornya.
"Pas saya belok, terselip jatuh. Kaki kiri saya tertimpa motor saya sendiri, akhirnya mengalami patah tulang. Kaki saya bengkok tidak bisa ngelipet," terangnya.
Dokter, sambungnya, tidak melakukan operasi pada kaki Hilman. Hanya mendapat perawatan secara berkala. Sekarang kondisi kakinya sudah lebih baik. Meski untuk berjalan ia masih membutuhkan bantuan tongkat untuk menyangga kakinya.
"Tulangnya sudah tersambung dengan baik. Kata dokter, silakan latih saja kakinya," tutupnya.
Dikatakan Hilman, menjadi panwas saat pemilu bukanlah pengalaman pertama kali baginya. Dua tahun lalu dirinya pernah menjadi panwas ada penyelenggaraan Pilkada DKI Jakarta 2017. Meski telah berpengalaman, ia tidak menyangka tugas dan tanggung jawab yang dihadapi pada Pemilu 2019 ternyata lebih berat dari sebelumnya.
"Tahapan pilgub tidak seberat pemilu sekarang. Saya kira pemilu ini yang paling berat," ujarnya.
Hilman berharap, ada evaluasi total dari penyelenggara tingkat atas sampai ke bawah setelah tahapan Pemilu 2019 selesai. Harapannya, dinamika pemilu tahun ini tidak terulang lagi pada pemilu mendatang.
"Agar pemilu tidak seberat ini lah. Dibikin yang kira-kira pelaksana di bawah mampu melaksanakan," ungkapnya.
Penulis : Hendi Purnawan
Editor : Deytri Aritonang