Jakarta, Badan Pengawas Pemilihan Umum - Anggota Bawaslu RI Rahmat Bagja menekankan pentingnya mengedukasi masyarakat dari bahaya hoaks yang menjamur di media sosial (medsos). Terlebih dalam masa pemilu 2019 seperti sekarang ini.
Ia menilai, masalah hoaks mulai banyak merebak sejak Pilpres 2014 yang menyebabkan masyarakat terbelah menjadi dua. Bagja berpandangan, polarisasi masyarakat terjadi lantaran adanya pertarungan pendukung fanatik antara dua kubu peserta Pilpres baik di dunia maya maupun dalam realita kehidupan nyata.
"Nah disitulah peran dari pemerintah dan lembaga pendidikan. Guru, teman-teman di lembaga pendidikan harus melihat bagaimana cara membaca medsos," ungkap Bagja dalam diskusi publik yang digelar DPP Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) di Jakarta, Kamis (25/4/2019).
Lelaki jebolan Universitas Indonesia (UI) itu mengungkapkan, banyak masyarakat yang mencari informasi peserta pemilu di medsos serta mesin pencarian seperti google. Bagja menilai, hal demikian menjadi masalah tanpa ada filter yang jelas.
"Kalau Anda atau publik cari literatur dari jurnal, sumber akademik nggak masalah," cetusnya.
Bawaslu sendiri, lanjutnya, sudah menindaklanjuti temuan-temuan akun medsos berbau hoaks. Upaya ini hasil kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) dan 9 platform medsos.
"Sudah ada 300 akun yang di-take down. Kemarin juga atas usulan Bawaslu, untuk take down situs jurdil2019.org karena ada unsur ketidaknetralan," jelasnya.
"Masalah hoaks ini kami harapkan mereda. Insya Allah ada waktunya mereda, setelah Presiden dilantik, Insya Allah pasti selesai," pungkas Bagja.
Editor: Ranap Tumpal HS
 |
 |
Webmail
