Badan Pengawas Pemilihan Umum – Anggota Bawaslu Mochammad Afifuddin mengapresiasi pengabadian kinerja pengawasan Pemilu 2019 oleh Bawaslu DKI Jakarta dalam bentuk buku sebagai refleksi secara nasional. Menurutnya, DKI Jakarta merupakan barometer Indonesia.
Afif menjelaskan, saat pasca pemilu bisa merefleksikan apa yg sudah dilakukan Bawaslu. “’Baiknya apa, kurangnya apa dalam Pemilu 2019?,” sebutnya dalam acara Penyusunan Buku Kinerja Pengawasan Louching Buku dan Evaluasi Kinerja Pengawasan Pemilu oleh Bawaslu DKI Jakarta, Kamis, (19/12/2019).
Untuk itu, Koordiator Divisi Pengawasan dan Sosialisasi Bawaslu ini meminta adanya persiapan yang matang. “Penyelenggaraan KPU dan Bawaslu, termasuk proyeksi potensi kerawanan bisa terangkum. Jakarta jadi barometer nasional. Hoaks atau berita bohong begitu banyak. Tak bisa disamakan DKI Jakarta dengan rovinsi lain. DKI Jakarta itu satu provinsi, tetapi rasa Indonesia,” terang dia.
Hal tersebut, lanjutnya, merupakan kekayaan sekaligus tantangan bagi penyelenggara di ibu kota negara. “Dalam konteks itu apa yg dilakukan Bawaslu DKI Jakarta? Bagaimana kita mendokumentasikan kerja kita pada proses pemilu, mungkin tidak terangkum semuanya, tetapi buku ini minimal bisa membuat masyarakat bisa tahu,” tutur dia.
Penulisan buku baginya merupakan bentuk kerja keabdaian. Dia menyakini, data pengawasan di DKI Jakarta akan sangat memperkaya untuk masuk ke ranah penelitian. “Di DKI potensi pemilih yang tinggal di apartemen. Orang datang ke Jakarta belum tentu punya KTP Jakarta sehingga potensi dimobilisasi sangat tinggi. Karena itu, dokumen akan jadi referensi bagi pihak yang ingin tahu mengenai dinamika pengawasan di DKI Jakarta. Hal ini harus membuat kemajuan dan perbaikan-perbaikan atas praktik yangg sudah dilakukan,” urainya.
Editor: Ranap THS
Fotografer: Abdul Hamid