• English
  • Bahasa Indonesia

Relawan Pasangan Presiden Rawan Gesekan

altJAKARTA, Badan Pengawas Pemilu-- Kemunculan relawan pasangan bakal calon Presiden dan Wakil Presiden Jokowi – Jusuf Kalla maupun Prabowo – Hatta semakin marak menjelang dimulainya masa kampanye Capres/Cawapres tanggal 4 Juni 2014. Akumulasi jumlah relawan yang semakin besar dari kedua pasangan bakal calon tersebut, perlu diwaspadai agar tidak menimbulkan gesekan tajam terutama di tingkatan paling bawah yakni masyarakat.

Demikian resume diskusi Publik Bawaslu RI – media massa di media center Bawaslu, Jumat (30/5) . Hadir dalam diskusi  tesebut Dewi Haroen Psikolog Politik UI,  A Riza Patria Jubir Relawan Prabowo – Hatta,  Jumadi Sdari Poskonas Relawan Jokowi – Jusuf Kalla dan Irwan S peneliti INES.    

Menurut Dewi Haroen, semua relawan harus dirangkul dan disatukan visi misinya serta disadarkan bahwa kalah menang merupakan hal biasa. Hal ini terkait manusia secara psikologis manusia adalah makluk pamrih sehingga apapun yang dilakukannya berujung pada sesuatu. Sehingga keberadaan relawan tidak boleh dilupakan oleh pasangan calon terpilih.

“Relawan ini (seperti) pisau bermata dua, karena jujur biasanya habis selesai Pemilu dan terpilih, nanti lupa. Seringkali kalau menang yang diatasnya peluk-pelukan tapi makin ke bawah makin kisruh. Hati-hati juga gesekan dari pihak ketiga yang memanfaatkan ini,” kata Dewi dalam diskusi.

Lebih lanjut dikatakan, relawan bisa sangat militan dan tidak peduli orang lain bicara apapun tentang capresnya. “Pilpres ini perang psikologis, bukan lagi bicara visi misi. Karena ini head to head  maka perlu pengawasan dari KPU dan Bawaslu, sebab yang menjadi korban itu rakyat biasa. Relawan ini kan rakyat biasa,” ujarnya.

Sementara  peneliti Ines, Irwan Suhanto menilai menjamurnya relawan merupakan hal biasa. Namun KPU dan Bawaslu perlu mengatur keberadaan relawan sehingga menjadi jelas. Misalnya mekanisme dan tata kerja, asal muasal relawan darimana dan seterusnya. Selain itu, keberadaan relawan pada hari pemungutan suara perlu diatur apakah boleh mendapatkan salinan form C1 (rekapitulasi suara di TPS) atau tidak. Jangan sampai ketika terjadi perbedaan dengan C1 resmi dari KPU, justru akan memicu konflik horizontal.

“Relawan ini malah bisa menjadi sumbu pendek.  Jadi kalau relawan tidak dibekali dengan pengetahuan dan pengenalan maka bisa menjadi trigger kampanye hitam, proses menyerang. Ini yang harus diawasi KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggarapemilu,” kata Irwan.

Terkait relawan rawan gesekan dan konflik, baik Riza Patria, Tim Pemenangan Prabowo – Hatta maupun Jumadi Sijoe, Poskonas Relawan Jokowi – Jusuf Kalla tidak menampik hal itu mungkin saja terjadi. Namun masing-masing mereka berkomitmen untuk menjaga etika dan moral serta tidak melakukan kampanye hitam kepada lawan pasangan capres/cawapresnya.

“Sejauh ini relawan kami sangat baik dan tertib. Pesan Prabowo-Hatta, kita membuka seluasnya siapa saja yang ingin membantu, karena ini untuk membangun Indonesia yang lebih baik, maju, sejahtera dan bermatabat,” kata Riza.

“Kami adalah tim relawan murni, bukan bayaran. Kami berkomitmen untuk menggalang massa. Tapi kami tetap menjaga etika dan moral dalam berkampanye. Jangan sampai kita berkampanye dengan menjelekkan orang lain,” ujar Jumadi.

 

Penulis                       : R.Monang Silalahi

Share

Informasi Publik

 

Regulasi

 

Pendaftaran Pemantau

 

Forum

 

SIGAPLapor

 

 

Whistleblowing System

 

Helpdesk Keuangan

 

SIPS

 

SAKIP

 

Sipeka Bawaslu

 

SIPP Bawaslu

 

Simpeg Bawaslu

Si Jari Hubal Bawaslu

 

 

 

 

Video Bawaslu

newSIPS 2019
newSIPS 2019

Mars Bawaslu

Mars Pengawas PEMILU +text
Mars Pengawas PEMILU +text

Zona Integritas Bawaslu