Jakarta, Bawaslu– Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) menerima kunjungan dari Yayasan Kelompok Karya Tuna Rungu Mandiri Sumatera Utara (KKTRM – SU). Kunjungan tersebut merupakan salah satu bentuk keperdulian Bawaslu RI kepada penyandang cacat Tuna Rungu Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut pimpinan Bawaslu Daniel Zuchron menerima langsung kunjungan dari Yayasan Kelompok Karya Tuna Rungu Mandiri Sumatera Utara. Ketika ditanya kunjunganya ke Bawaslu Harry Muttaqin (27) tahun penyandang cacat Tuna Rungu menuliskan, Tujuan Yayasan tersebut merupakan pengenalan penyandang cacat Tuna Runggu untuk konsolidasi dengan Persatuan Tuna Rungu lain di 33 Provinsi.
Dalam Kesempatan tersebut Rendi Prayogo (18) tahun penyandang cacat tuna rungu, sempat mengungkapkan beberapa pengalamanya saat keliling Indonesia. Ia menceritakan beberapa orang yang ia temui di berbagai provinsi. Misalnya ia bertemu dengan Gubernur Provinsi Kalimantan Timur Awang Faroek Ishak, Wakil Gubernur Aceh Muzakir Manaf, Wakil Gubernur Bali Ketut Sudi Kerta, dan beberapa pejabat daerah lainya.
Ia menuliskan, gedung Bawaslu merupakan salah satu agenda yang memang sudah direncanakannya sudah lama. Namun ia mengakui pada kesempatan kali ini merupakan kegiatan khusus untuk bertemu dengan Pimpinan Bawaslu RI karena ingin bertukar informasi tentang Kepemiluan.
Iaberharap, dalam proses kepemiluan yang sedang berjalan, Bawaslu dapat menjalankan tugas dengan sebaik – baiknya. Bagaimanapun proses pemilu nanti, ia mendoakan berjalanya proses kempemiluan dengan aman tanpa adanya konflik di antara masyarakat, karena Indonesia memerlukan sosok pemimpin.
“Saya ingin punya sosok Presiden yang harus menolong masyarakat kecil, terutama pada golongan kami,” tulisnya
Sementara itu Pimpinan Bawaslu Daniel Zuchron berharap, agar proses pemilu berjalan sesuai dengan keinginan apa yang di cita – citakan oleh bangsa dan negeri agar lebih untuk jauh lebih baik. Ia berharap proses menjelang Pemilu dapat berjalan dengan baik.
“Doa kan selamat Negeri ini”. harap Daniel saat berpesan yang dituliskan di secarik kertas.
Sebagai informasi, di Indonesia pendidikan anak tuna rungu dimulai di Bandung Jawa Barat, sekitar tahun 1930 dan beberapa tahun kemudian didirikan sekolah luar biasa B (SLB bagian B) di Wonosobo Jawa Tengah dan sekarang ini telah tersebar di seluruh tanah air Indonesia dan kebanyakan diselenggarakan oleh pihak swasta berupa yayasan – yayasan.
Komunikasi melalui isyarat, ejaan jari dan bicara dikembangkan di SLB/B seluruh Indonesia dengan dilakukannya kamus sistem isyarat bahasa Indonesia sebagai komponen komunikasi total pada tanggal 2 Mei 1994 oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bapak Prof. Ar. Ing. Wardiman Djojonegoro.
Selama ini belum terselenggara pendidikan terpadu secara resmi, meskipun sudah banyak anak-anak tunarungu yang berhasil duduk di bangku sekolah SMTP, SMTA, maupun Perguruan Tinggi. Pendidikan anak tunarungu telah dimulai pada usia yang sangat dini yakni pada usia 2 tahun atau pada usia anak telah dapat berjalan.
Adapun tujuan pendidikan sedini mungkin diterapkan agar sisa pendengaran dapat dipertahankan dengan pemberian rangsangan atau stimulasi. Diharapkan anak dapat mengembangkan bicaranya (tidak bisu), sehingga hanya menjadi anak tunarungu dan tidak menjadi anak tunawicara.
Penulis : Hendru Wijaya
Editor : Falcao Silaban